|
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar." (Majmu' Fatawa 4/155). Beliau juga berkata: "Bahkan syi'ar ahlul bid'ah adalah meninggalkan manhaj salaf." (Majmu' Fatawa 4/155).
Sabtu, 27 Agustus 2011
Menanti Tanda-tanda Kekuasaan Allah di Akhir Zaman
NASEHAT UNTUK ORGANISASI MUHAMMADIYYAH ( REVISI )
|
Tujuh Keajaiban Dunia
Tujuh Keajaiban Dunia
Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taaj
Mahal, Ka’bah, Menara Eiffel, dan Piramida di mesir, inilah semua keajaiban
dunia yang kita kenal. Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, karena di
sana masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. Mungkin para pembaca
bertanya-tanya, keajaiban apakah itu?
Memang tujuh keajaiban lain yang kami akan sajikan
di hadapan pembaca sekalian belum pernah ditayangkan di TV, tidak pernah
disiarkan di radio-radio dan belum pernah dimuat di media cetak. Tujuh keajaiban
dunia itu adalah:
Siapakah Suamimu di Surga?
Siapakah Suamimu di Surga?
Saudariku muslimah, tahukah kamu siapa suamimu di surga kelak?(1) Artikel di bawah ini akan menjawab pertanyaan anti. Ini bukan ramalan dan bukan pula tebakan, tapi kepastian (atau minimal suatu prediksi yang insya Allah sangat akurat), yang bersumber dari wahyu dan komentar para ulama terhadapnya. Berikut uraiannya:
Perlu diketahui bahwa keadaan wanita di dunia, tidak lepas dari enam keadaan:
1. Dia meninggal sebelum menikah.
2. Dia meninggal setelah ditalak suaminya dan dia belum sempat menikah lagi sampai meninggal.
3. Dia sudah menikah, hanya saja suaminya tidak masuk bersamanya ke dalam surga, wal’iyadzu billah.
4. Dia meninggal setelah menikah baik suaminya menikah lagi sepeninggalnya maupun tidak (yakni jika dia meninggal terlebih dahulu sebelum suaminya).
5. Suaminya meninggal terlebih dahulu, kemudian dia tidak menikah lagi sampai meninggal.
6. Suaminya meninggal terlebih dahulu, lalu dia menikah lagi setelahnya.
Berikut penjelasan keadaan mereka masing-masing di dalam surga:
Nasehat Berharga Kepada Setiap Pedagang
Nasehat Berharga Kepada Setiap Pedagang
Alhamdulillah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan memohon ampunan kepada-Nya. Saya bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu baginya dan saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Shalawat dan salam yang berlimpah atas beliau dan atas seluruh pengikut beliau. Amma ba’du:
Sesungguhnya mencari harta adalah perkara yang disyariatkan. Rabb kita -Azza wa Jalla- berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali-Imran: 14)
Kriteria Makanan Halal (2)
Kriteria Makanan Halal (2)
Hukum Beberapa Jenis Makanan
Setelah memahami ketiga pendahuluan di atas, maka berikut penyebutan satu persatu makanan yang dibahas oleh para ulama beserta hukumnya masing-masing:
Kriteria Makanan Halal
Kriteria Makanan Halal
Pendahuluan
Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari’at Islam, Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menghalalkan semua makanan[1] yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah- dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda:
أَيُّمَا لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى لَهُ
“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”.
Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:
Penyebab Terjadinya Perpecahan
|
Jumat, 26 Agustus 2011
Membangun Istana Kelembutan
|
Anak, Antara Harapan dan Impian
|
“PEMBEBEK DA’I SESAT YUSUF BIN ABDILLAH AL-QORDLOWI?”
|
DI BALIK POPULARITAS DR. YUSUF AL QARDHAWI : DR. YUSUF AL QARDHAWI DAN NON MUSLIM
|
Kesalahan-kesalahan Yusuf Qaradhawi
|
Siapakah DR Yusuf Al-Qardhawi -hadahullah-
|
YUSUF AL QORDHOWI ( Hati-hati darinya, wahai kaum muslimin..! )
|
Bahaya Pemikiran Takfir Sayid Quthb
|
Ahli Waris Hasan Al-Banna
|
Al Wala` Wal Bara` Ala Ikhwanul Muslimin
|
Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin
|
Al-Qur’an Kalamullah Bukan Makhluk [Tanggapan atas Jawaban Seorang Doktor di Detik Ramadhan]
ADAB-ADAB BERBICARA BAGI WANITA MUSLIMAH
ADAB-ADAB BERBICARA BAGI WANITA MUSLIMAH
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wahai saudariku muslimah..
Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara,Allah Ta'ala berfirman:
” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).
Artinya:
"Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia ". (An nisa:114)
Dan ketahuilah wahai saudariku,semoga Allah ta'ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.
"عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” (ق: الآية 17-18)
Artinya:
"Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qaaf:17-18).
INILAH DO’A/BACAAN KETIKA MENYERAHKAN/MEMBAYAR & MENERIMA ZAKAT
INILAH DO’A/BACAAN KETIKA MENYERAHKAN/MEMBAYAR & MENERIMA ZAKAT :
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Doa Ketika Berzakat
WANITA SALIHAH BERSAMA SUAMI TERAKHIRNYA DI DALAM SURGA
WANITA SALIHAH BERSAMA SUAMI TERAKHIRNYA DI DALAM SURGA
Syaikh Muhammad Ali Firkaus hafizhahullah Ta'ala
Beliau ditanya: setelah masa iddah-ku selesai disebabkan karena suamiku meninggal, ada beberapa orang yang datang melamarku, dan aku enggan menikah agar aku menjadi istri bagi suami pertamaku yang telah meninggal, yang ketika aku bersamanya kami memiliki 3 orang anak.
Alasanku dalam hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam:
«المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
"seorang wanita itu bersama suami terakhirnya."
Dan telah dipraktekkan pula oleh Ummu Darda' radhiallahu anha, apakah aku berdosa jika aku menolak untuk menerima pinangan orang yang telah diridhai agama dan akhlaknya?
Beliau -hafizhahullah- menjawab:
MENJAWAB TELEPON KETIKA SHALAT
MENJAWAB TELEPON KETIKA SHALAT
Lajnah Daaimah ditanya:
“sebagian kaum muslimin mengerjakan salah satu shalat di rumahnya, tiba- tiba telepon berdering, dan deringan ini menyibukkan mereka dalam waktu yang lama. Apakah dibolehkan dalam kondisi seperti ini seseorang yang shalat maju atau mundur untuk mengangkat telepon dan dia bertakbir atau mengangkat suaranya ketika membaca bacaannya agar yang menelepon mengetahui bahwa dia sedang shalat, diqiyaskan kepada bolehnya orang yang shalat membuka pintu atau mengangkat suaranya kepada yang bertamu?
Lajnah menjawab:
Kamis, 25 Agustus 2011
Keutamaan Bersiwak
|
SIWAK
|
Bila Kuburan Diagungkan, Bag-2
|
Bila Kuburan Diagungkan Bag.1
|
Hukum Mengambil Gambar Para Ulama di Majelis-majelis Mereka
Hukum Mengambil Gambar Para Ulama di Majelis-majelis Mereka
Syaikh Muqbil
rahimahullah
Tanya
: Apa hukum mengambil gambar (1)
para ulama dalam muktamar-muktamar dan muhadharah-muhadharah mereka?
Jawab : “Gambar adalah perkara yang diharamkan, Nabi Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wasallam bersabda :
WASIAT DAN NASEHAT AL-‘ALLAMAH ASY-SYAIKH RABI’ BIN HADI AL-MADKHALI Hafizhahullah Tabaraka wa Ta’ala Kepada Saudara-saudaranya Para Penuntut Ilmu As-Salafiyyin di Indonesia
WASIAT DAN NASEHAT
AL-‘ALLAMAH ASY-SYAIKH RABI’ BIN HADI AL-MADKHALI
Hafizhahullah Tabaraka wa Ta’ala
Kepada Saudara-saudaranya Para Penuntut Ilmu As-Salafiyyin
di Indonesia
Beliau sampaikan pada acara Daurah Ilmiah Asatidzah ke-4
di Ma’had Al-Anshar Yogyakarta - Indonesia
malam Rabu, 4 Sya’ban 1429 H
Fatwa Ulama’ Sunnah tentang Demonstrasi & Mogok Makan
Fatwa Ulama’ Sunnah tentang Demonstrasi & Mogok Makan
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah
menetapkan bahwa seseorang tidak boleh memberontak kepada pemerintah,
membangkang, durhaka, menyebarkan aibnya, baik lewat majalah, mimbar,
pertemuan (majelis), dan lainnya, karena hal itu akan menimbulkan
kerusakan; menyebabkan masyarakat tidak lagi segan, hormat, dan cinta kepada
pimpinannya.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيْرِهِ شَيْئًا
يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا
فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barang siapa yang melihat sesuatu ia benci
dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar atasnya, karena barang siapa yang
meninggalkan jama’ah dengan sejengkal, lalu ia mati, kecuali ia akan mati
seperti matinya orang jahiliyyah”. [HR. Al-Bukhariy
dalam Shohih-nya (13/5), Muslim dalam
Shohih-nya (3/1477), Ahmad dalam
Al-Musnad (1/275), dan lainnya]
Hadits ini menjelaskan bahwa seorang tidak boleh
durhaka kepada pemerintah, walaupun dalam perkara yang dianggap
"sepele", karena yang sepele kadang jadi besar, parah, dan
rawan. Berangkat dari hadits ini, para ulama kita mengharamkan demonstrasi,
karena demo merupakan salah satu bentuk kedurhakaan, dan pembangkangan kepada
pemerintah yang dilarang keras oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-
. Karena banyaknya yang menyangka demo adalah perkara boleh,
maka kami turunkan berikut ini fatwa-fatwa para ulama’ kaum muslimin dari
kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menjelaskan haramnya demonstrasi:
FATWA KESESATAN JAMA’AH / ORMAS / YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH (Bag. 3)
FATWA KESESATAN JAMA’AH /
ORMAS / YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH (Bag. 3)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Mereka tidak berhukum dengan apa yang diturunkan
oleh Allah, baik kepada pribadi-pribadi, kepada jama’ah-jama’ah maupun kepada
pemerintah. Bahkan mereka menghukumi sesuai dengan hawa nafsunya, padahal mereka
mendengung-dengungkan Hakimiyatullah sedangkan mereka adalah orang yang
paling membangkang terhadap Hakimiyatullah. Dan saya melihat bahwasanya
mereka lebih ekstrim dari Murji’ah dalam menyikapi ahli bid’ah dan
kesesatan.
Fatwa Kesesatan Jama’ah / Yayasan / Ormas Wahdah Islamiyah (Bag. 2)
FATWA KESESATAN JAMA’AH / ORMAS /
YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH (Bag. 2)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
بسم الله الرحمن الرحيم
Kemudian Syeikh
membaca beberapa perkataan Zaitun dan memberikan komentarnya
:
Perkataan Zaitun : “Karena itu disini ada poin
yang penting. Tauhid kita[2]
hendaknya membawa kita kepada pengertian yang syamil[3] terhadap ajaran Islam ini.”
Komentar
Syeikh : “Demi Allah tauhid kalian menelantarkan
faham Islam, tauhid kalian adalah tauhidnya Sayyid Quthb,
‘Abdurrahman ‘Abdul Kholiq dan orang-orang yang semisalnya dari
kalangan Sururiyyin Quthbiyyin,
demi Allah, menelantarkan Islam dan kaum muslimin.”.
demi Allah, menelantarkan Islam dan kaum muslimin.”.
Perkataan
Zaitun : “Hendaknya membawa kita kepada pengertian
yang syamil terhadap ajaran Islam ini. Kita tidak bisa menganggap
seseorang itu dikatakan sebagai orang yang bertauhid atau orang-orang yang
benar-benar Salafiyyah lalu jika dia menganggap masih ada hukum lain yang lebih
baik dari hukum Allah”.
Jawaban Syeikh : “Siapa yang menganggap bahwa di sana ada hukum lain yang lebih baik
dari hukum Allah ? Menurut Salafiyyin dia kafir, sedangkan kamu masih ragu-ragu menentukan apakah dia
Salafy atau bukan Salafy karena sesungguhnya
kamu tidak mengerti Salafiyyah. Kami tidak ragu-ragu tentang
keislamannya !!, dia kafir !! Lalu bagaimana dia (Zaitun-pent) mengatakan kita
tidak mampu untuk mengatakan bahwasanya dia Salafy atau berada diatas Salafiyah.
Ini perkataan orang yang tidak paham. Kami tidak mengatakan
bahwa orang yang menganggap adanya hukum lain yang lebih baikdari hukum
Allah -kami tidak mengatakan- dia itu Salafy, kami tidak mengatakan dia
itu muslim, bahkan dia adalah kafir. Keraguanmu ini dan
ketidaktegasanmu pada permasalahan ini, tentang
hakimiyah yang merupakan hal yang paling khusus
yang kalian sangat peduli terhadapnya sementara kamu ragu-ragu apakah dia Salafy
atau bukan Salafy. Orang ini (yang menganggap bahwa disana ada hukum lain yang
lebih baik dari hukum Allah) adalah kafir yang nyata menurut Salafiyyin dan Para
Imam kaum muslimin”.
Fatwa Kesesatan Jama’ah / Yayasan / Ormas Wahdah Islamiyah (Bag. 1)
Fatwa Kesesatan Jama’ah / Yayasan / Ormas Wahdah Islamiyah (Bag. 1)
FATWA KESESATAN JAMA’AH /
ORMAS / YAYASAN WAHDAH ISLAMIYAH (Bag. 1)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly [1]– hafidzhohullah –
(Imam Jarh wat Ta’dil)
Rabu, 24 Agustus 2011
BAHAYA BERPALING DARI KALENDER HIJRIYYAH
BAHAYA BERPALING DARI KALENDER HIJRIYYAH
Sesungguhnya kaum muslimin ketika semakin banyak dan tersebar di muka bumi serta terjadi berbagai interaksi pada mereka, di samping kondisinya yang sudah tidak sama dengan kondisi pertama, maka mereka memerlukan kalender yang mereka jadikan acuan. Hal itu terjadi pada masa pemerintahan ‘Umar bin Al-Khaththâb Radhiallahu ‘anhu. Maka ada di antara mereka yang berpendapat : tahun kita mulai dari bulan Rabî’ul Awwâl, karena itu merupakan bulan yang padanya wahyu diturunkan pertama kali kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam , sekaligus bulan beliau hijrah ke Madinah dan sampai ke Madinah pada bulan itu juga kemudian mendirikan daulah/negara pada bulan itu pula. Namun akhirnya pendapat mereka sepakat menjadikan bulan pertama adalah bulan Muharram. Karena bulan tersebut setelah kaum muslimin selesai dari musim haji lalu kembali pulang. Ibadah haji, sebagaimana kita tahu, merupakan rukun ke-5 dari rukun-rukun Islam. Sehingga setelah kaum muslimin selesai dari pelaksanaan rukun yang besar tersebut kemudian mereka beristirahat setelahnya, terlebih pada zaman dulu mereka benar-benar merasakan keletihan untuk bisa sampai ke Makkah dan kembali lagi darinya. Maka mereka memandang bahwa awal tahun dimulai dari bulan Muharram. Pendapat ini merupakan pendapat yang terbimbing dan tepat.
Tauhid, Inti Dakwah Para Nabi
Tauhid, Inti Dakwah Para Nabi
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)
Napak Tilas Kemenangan Umat Islam (Tafsir Al-Qur`an Surat An-Nashr Ayat 1-3)
Buletin Islam Al-Ilmu edisi no: 40 / XI / VIII / 1431
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Napak Tilas Kemenangan Umat Islam
(Tafsir Al-Qur`an Surat An-Nashr Ayat 1-3)
Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sebuah perjuangan dalam meninggikan kalimat Allah Subhanallahu wa Ta’ala tidaklah lepas dari ujian ataupun cobaan. Ia akan menimpa siapa saja yang menginginkan sebuah kemuliaan. Semakin besar nilai perjuangan itu, semakin besar pula kadar ujian yang akan diterimanya. Itulah perjuangan. Setiap insan tentu menginginkan keberhasilan dari perjuangan yang dijalaninya. Tanpa putus asa dan terus berusaha dengan diiringi doa kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala semata, keberhasilan dan kemuliaan akan Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan, insya Allah.
AWAS! JANGAN DEKATI ZINA
Buletin Islam AL ILMU Edisi: 16/IV/VIII/1431
---------------------------------------------------------------------------------------------------
AWAS! JANGAN DEKATI ZINA!
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)
Saudaraku! ‘Kan kusebut dirimu dalam doaku!
Saudaraku! ‘Kan kusebut dirimu dalam doaku!
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Wahai Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)
Tafsir Surat Al-Lahab (Al-Masad)
Tafsir Surat Al-Lahab (Al-Masad)
Mukaddimah
Para pembaca, semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa merahmati kita semua. Setiap insan tentu berharap dan mendambakan kehidupan yang bahagia di dunia dan lebih-lebih di akhirat kelak. Hal ini tidaklah bisa dicapai kecuali dengan menerima segala apa yang datang dari Allah subhanahu wata’ala dan mengikuti petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al Ahzab: 71)
Dan demikian pula sebaliknya, segala bentuk kehinaan dan malapetaka bersumber dari sikap antipati dan berpaling dari peringatan Allah subhanahu wata’ala dan peringatan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Adalah sunnatullah, tidak ada seorangpun yang menolak dan mendustakan ajaran yang dibawa oleh para nabi, kecuali ia akan hina dan binasa. Allah subhanahu wata’ala dengan tegas menyebutkan dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (Thaha: 48)
Lihatlah kisah umat-umat terdahulu seperti kaum ‘Ad, Tsamud, Qarun, Fir’aun dan Haman, Allah subhanahu wata’ala telah membinasakan mereka disaat mereka mendustakan dan berpaling dari ajaran yang dibawa oleh nabi yang diutus kepada mereka. Demikian pula apa yang telah terjadi pada umat nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala telah menurunkan satu surat khusus yang berisi vonis kebinasaan bagi para pembangkang dan pengacau dakwah. Surat tersebut adalah Surat Al Masad atau dinamakan juga dengan surat Al Lahab. Surat ini terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyyah.
MENGURAI KEUTAMAAN DAN KANDUNGAN SURAT AN-NAAS
MENGURAI KEUTAMAAN DAN KANDUNGAN SURAT AN-NAAS
Para pembaca yang mulia, semoga Allah subhanahu wata’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua,
Syaithan!!! siapa diantara kita yang tidak pernah mendengar kata ini. Sudah terlalu banyak orang yang terperosok dalam lembah kemaksiatan dan tenggelam dalam syhawat akibat ulahnya. Penebar “racun” di seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Menyeret manusia menjadi penghuni An Naar. Penampakannya yang kasat mata semakin membuat leluasa gerakannya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Sesungguhnya syaithan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Al A’raaf: 27)
Syaithan adalah sumber dari segala kejelekan yang ada, perancang dari segala makar, peramu segala racun, menghembuskan was-was ke dalam hati-hati manusia, mengemas perbuatan jelek sebagai perbuatan yang baik. Sehingga kebanyakan manusia terpedaya dengan makar dan racunnya.
Namun kita tidak boleh gegabah dengan mengatakan ‘celaka kamu wahai syaithan’, justru syaithan semakin membesar seperti besarnya rumah. Tetapi bacalah basmalah (bismillah) niscaya syaithan semakin kecil seperti lalat. (HR. Abu Dawud no. 4330)
Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah memberikan penawar bagi “racun” yang ditimbulkan oleh syaithan tersebut. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Al Isra’: 82)
Dan tidaklah Allah subhanahu wata’ala menurunkan suatu penyakit kecuali Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan penawarnya. Salah satu dari penawar tersebut adalah surat An Naas, salah satu surat yang terdapat di dalam Al Quran dan terletak di penghujung atau bagian akhir darinya serta termasuk surat-surat pendek yang ada di dalam Al Quran.
Pada kajian kali ini, kami akan mengajak pembaca untuk mengkaji tentang keutamaan surat An Naas dan apa yang terkandung di dalamnya.
Keutamaan surat An Naas
MENGGALI KANDUNGAN SURAT AL-FATIHAH
MENGGALI KANDUNGAN SURAT AL-FATIHAH
Para pembaca yang dirahmati Allah suhanahu wata’ala, setiap hari umat Islam menjalankan ritual shalat yang merupakan salah satu bentuk peribadahan kepada Allah suhanahu wata’ala. Setiap kita melaksanakan shalat, kita diperintah untuk membaca surat Al Fatihah sebagai salah satu rukun shalat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
MEMETIK KEAGUNGAN SURAT AL-IKHLAS
MEMETIK KEAGUNGAN SURAT AL-IKHLAS
Surat Al Ikhlash termasuk diantara surat-surat pendek dalam Al Qur’an. Surat ini sering kali dibaca dan diulang-ulang, hampir-hampir sudah menjadi bacaan harian bagi setiap muslim baik ketika sholat ataupun dzikir. Bukan karena surat ini pendek dan mudah di hafal. Namun memang demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keseharian beliau tidak lepas dari membaca surat yang mulia ini. Lebih dari itu surat yang mulia ini mengandung makna-makna yang penting dan mendalam. Oleh karena itu meski surat ini pendek tapi memiliki kedudukan yang tinggi dibanding surat-surat lainnya. Bahkan kedudukannya sama dengan sepertiga Al Qur’an.
TAFSIR SURAT AL-’ASHR
TAFSIR SURAT AL-’ASHR
Para pembaca yang mulia –semoga Allah subhanahu wata’ala membuka segala pintu kebaikan kepada kita– untuk edisi kali ini kami akan mengulas tafsir surat terpendek dari Al Qur’an yaitu surat Al Ashr. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Download Kajian
http://statics.ilmoe.com/kajian/users/atstsurayya/Raudhatul-Uqala-wa-Nuzhatul-Fudhala/
Lailatul Qadar Selalu pada Malam 27?
Lailatul Qadar Selalu pada Malam 27?
Sering ada anggapan bahwa kemungkinan besar malam yang dinanti-nanti itu akan tiba pada malam 27. Sehingga, tidaklah mengherankan kalau banyak kaum muslimin -termasuk ikhwanuna salafiyyun- yang menghidupkan malam tersebut dengan porsi ibadah yang lebih dibandingkan malam-malam yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)