Sabtu, 03 September 2011

Untaian Nasehat untuk Muslimah


Untaian Nasehat untuk Muslimah



Asy Syeikh Al Allamah Muqbil bin hadi Al Wad’i Rahimahullah

Berpegang teguhlah kalian dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam, serta hukum-hukum Allah_sesuai dengan kemampuan_ sebagaimana yang dipahami oleh generasi pendahulu yang sholih.



Bermuamalah dengan baik terhadap kaum muslimin, bahkan dengan orang-orang kafir sekalipun. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسْنًا
Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia(QS. Al Baqarah :83).


إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”(QS. An Nisaa :58).


وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُواْ
“Apabila kalian berkata maka hendaklah kalian berlaku adil.” (QS. Al An’am:152).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء للهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kalian memutarbalikkan atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”(QS. An Nisa : 135).


SYI’AH DAN AL QUR’AN


SYI’AH DAN AL QUR’AN

Serupa tapi tak sama. Barangkali ungkapan ini tepat untuk menggambarkan Islam dan kelompok Syi’ah. Secara fisik, memang sulit dibedakan antara penganut Islam dengan penganut Syi’ah. Namun jika ditelusuri -terutama dari sisi aqidah- perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga, tidak mungkin disatukan.
APA ITU SYI’AH?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang bersatu/berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61)
Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm)
Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147, karya Asy-Syihristani) 

SYI’AH DAN PARA SAHABAT NABI


SYI’AH DAN PARA SAHABAT NABI

Berbagai mahkota keutamaan dan kemuliaan yang hakiki telah berhasil diraih oleh generasi terbaik umat ini, seiring kebaikan mereka yang tak akan pernah tertandingi oleh generasi sesudahnya sepanjang jaman. Merekalah para sahabat Nabi . Pribadi-pribadi manusia yang telah Allah subhanahu wata’ala pilih untuk mendampingi utusan-Nya yang termulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, didalam mengemban risalah dakwah-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya :
“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya (para sahabat) sangat tegas terhadap orang-orang kafir namun berlemah lembut terhadap sesamanya. Engkau lihat mereka banyak ruku’ dan sujud dalam rangka mengharap keutamaan dan keridhaan Allah. Tanda-tanda mereka nampak pada wajah-wajahnya dari bekas sujud. Demikianlah permisalan mereka yang telah terdapat pada Taurat. Adapun permisalan mereka di dalam Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan kokohlah dia di atas pokoknya”. (Al Fath : 29).
Maka tak ayal lagi, kalau Rasulullah merekomendasikan bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi umat ini. Beliau bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi sesudahnya (para tabi’in) kemudian generasi sesudahnya (para pengikut tabi’in)”. (Muttafaqun ‘alaihi)
Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata : ”Dan masing-masing mereka (para sahabat) adalah orang yang adil, imam yang memiliki keutamaan dan keridhaan. Diwajibkan atas kita untuk memuliakan, menghormati, memintakan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka. Satu buah kurma yang mereka sedekahkan lebih utama dari sedekah seluruh apa yang kita miliki. Duduknya mereka bersama Nabi ? lebih utama daripada ibadah kita sepanjang masa. Kalau seandainya seluruh umur kita gunakan untuk beribadah terus-menerus maka tidak akan mampu menandingi amalan sesaat atau lebih dari mereka”.(Al Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/663).
PARA SAHABAT DALAM TINJAUAN SYI’AH RAFIDHAH
Ternyata mahkota keutamaan dan kemuliaan ini telah dicabik-cabik para tentara Iblis yang telah memendam kebencian dan kedengkian terhadap mereka. Syi’ah Rafidhah-lah, tentara yang pertama kali dan paling gigih mengobarkan api kebencian dan kedengkian tersebut. 

SYI’AH DAN AHLUL BAIT


SYI’AH DAN AHLUL BAIT

Ahlul Bait” bukanlah istilah yang asing lagi di telinga sebagian kita. Bila disebut maka akan terlintas di benak tentang seseorang yang memiliki pertalian kekerabatan dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Tentu saja, ini merupakan kehormatan tersendiri bagi orang tersebut.
SIAPAKAH AHLUL BAIT ITU ?
Ahlul Bait adalah orang-orang yang sah pertalian nasabnya sampai kepada Hasyim bin Abdi Manaf (Bani Hasyim) baik dari kalangan laki-laki (yang sering disebut dengan syarif) atau wanita (yang sering disebut syarifah), yang beriman kepada Rasul ? dan meninggal dunia dalam keadaan beriman. Diantara Ahlul Bait Rasulullah ? adalah:
1. Para istri Rasul, berdasarkan konteks surat Al-Ahzab: 33
2. Putra-putri Rasulullah (tidak dikhususkan pada Fatimah saja)
3. Abbas bin Abdul Muththolib dan keturunannya
4. Al Harits bin Abdul Muththolib dan keturunannya
5. Ali bin Abi Tholib dan keturunannya (tidak dikhususkan pada Al Hasan dan Al Husain saja)
6. Ja’far bin Abi Tholib dan keturunannya
7. Aqil bin Abi Tholib dan keturunannya
(untuk lebih rincinya, silahkan lihat kitab “Syiah dan Ahlul Bait dan Minhajus Sunnah An Nabawiyyah”) 

SYI’AH DAN PARA ISTRI RASUL


SYI’AH DAN PARA ISTRI RASUL

Bara api kebencian terhadap para sahabat Nabi memang telah tertanam kuat di dada kaum Syi’ah Rafidhah. Bara api tersebut terus menerus menyala sehingga satu demi satu orang-orang terdekat Nabi menjadi bahan gunjingan dan cercaan mereka. Setelah Ahlul Bait beliau , kini mereka mengarahkan cercaan yang tidak kalah kejinya kepada para istri Nabi . Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan dusta kepada orang-orang yang telah mengorbankan waktu dan raganya untuk membela dakwah Nabi , setia menemani dan menghibur beliau ketika ditimpa berbagai musibah di dalam mengemban amanah dakwah. 

SYI’AH DAN IMAMAH


SYI’AH DAN IMAMAH

Masalah imamah (kepemimpinan umat) adalah masalah yang selalu ditonjolkan oleh Syi’ah Rafidhah, sehingga mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Imamiyah. Demikian pula membatasi masalah imamah ini hanya 12 imam yaitu Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Sehingga mereka dikenal pula dengan sebutan Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.
Pemikiran ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan pemikiran Yahudi, karena memang pendiri Syi’ah yang bernama Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi. Al Imam Abu Hafs bin Syahin di dalam kitabnya Al Lathifu fis Sunnah menyebutkan tentang mereka: “Diantara tanda-tanda mereka (Syi’ah), bahwasanya kesesatannya mirip dengan kesesatan Yahudi. Orang-orang Yahudi mengatakan: ‘Tidaklah berhak menjadi raja kecuali dari keturunan Nabi Daud.’ Demikian pula orang-orang Syi’ah mengatakan: ‘Tidaklah berhak memegang tampuk kepemimpinan umat kecuali keturunan Ali bin Abi Thalib.” (Minhajus Sunnah 1/24-25)
Adapun yang mereka yakini sebagai pemimpin itu adalah:
1. Ali bin Abi Thalib yang mereka juluki Al-Murtadha (lahir 10 tahun sebelum hijrah Nabi – 40 H)
2. Al Hasan bin Ali (Az Zaki) (3-50 H)
3. Al Husain bin Ali (Sayyid Syuhada’) (4-61 H)
4. Ali bin Husain (Zainal Abidin) (4-95 H)
5. Muhammad bin Ali bin Husain (Al Baqir) (38-95 H)
6. Ja’far bin Muhammad (Ash Shadiq) (83-148 H)
7. Musa bin Ja’far (Al Khadim) (128-182 H)
8. Ali bin Musa (Ar Ridha) (148-202 atau 203 H)
9. Muhammad bin Ali (Al Jawwad) (195-220 H)
10. Ali bin Muhammad (Al Hadi) (212-254 H)
11. Abu Muhammad bin Al Hasan (Al Askari) (232-260 H)
12. Muhammad bin Al Hasan yang mereka juluki Al Mahdi (256 H)
Imam kedua belas inilah yang diyakini kaum Syi’ah Rafidhah sebagai Imam Mahdi yang akan muncul di akhir jaman. 

SYI’AH DAN MUT’AH


SYI’AH DAN MUT’AH

Jika kaum muslimin memiliki pandangan bahwa pernikahan yang sah menurut syariat Islam merupakan jalan untuk menjaga kesucian harga diri mereka, maka kaum Syi’ah Rafidhah memiliki pandangan lain. Perzinaan justru memiliki kedudukan tersendiri di dalam kehidupan masyarakat mereka. Bagaimana tidak, perzinaan tersebut mereka kemas dengan nama agama yaitu nikah mut’ah. Tentu saja mereka tidak ridha kalau nikah mut’ah disejajarkan dengan perzinaan yang memang benar-benar diharamkan Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wasallam. Kenyataan-lah yang akan membuktikan hakekat nikah mut’ah ala Syi’ah Rafidhah. 

SYI’AH DAN TAQIYYAH


SYI’AH DAN TAQIYYAH

Seseorang belumlah dikatakan mengenal hakekat Syi’ah Rafidhah dengan sebenar-benarnya bila belum mengetahui hakekat taqiyyah disisi mereka. Padahal dengan taqiyyah inilah, mereka berhasil mengelabui sekian banyak kaum muslimin. Sehingga janganlah kita tercengang kalau mendengar atau membaca sedemikian ragam tanggapan positif sebagian kaum muslimin terhadap mereka seperti: Para penganut Syi’ah Rafidhah merupakan bagian dari kaum muslimin, Negara Iran yang resmi berazazkan aqidah Syi’ah Ja’fariyah (bagian dari sekte Syi’ah Rafidhah) adalah negara Islam, Khomeini merupakan tokoh revolusi Islam Iran, gagasan untuk diadakan taqrib (persatuan pandangan) antara Syi’ah dan Sunni (Ahlus Sunnah), anggapan bahwa aqidah Syi’ah Rafidhah yang menyatakan bahwa para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah kafir, Al Qur’an telah mengalami perubahan hanyalah sekedar tuduhan Ahlus Sunnah semata.  

Selasa, 30 Agustus 2011

Pendapat Para‘Ulama Tentang Perbedaan Mathla’


Pendapat Para‘Ulama Tentang Perbedaan Mathla’
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Telah dijelaskan oleh banyak para ‘ulama bahwa terjadinya perbedaan mathla’ antar berbagai negeri di belahan bumi ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi. Namun para ‘ulama tersebut berselisih pendapat ketika al-hilal terlihat di suatu negeri :

- Apakah ru’yah tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, dengan kata lain : adanya perbedaan mathla’ tidak berpengaruh terhadapnya.

- Ataukah masing-masing negeri berdasarkan ru’yah mereka sendiri, dengan kata lain : adanya perbedaan mathla’ berpengaruh terhadap penentuan ru’yah bagi masing-masing negeri. 

Minggu, 28 Agustus 2011

Kekeliruan & Kesalahan di Hari Raya


Kekeliruan & Kesalahan di Hari Raya


Hari raya adalah hari bergembira bagi seluruh ummat Islam di Indonesia Raya, bahkan di seluruh dunia. Ini merupakan nikmat dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Namun kegembiraan ini terkadang disalahsalurkan oleh sebagian kaum muslimin dalam beberapa bentuk pelanggaran berikut:
  • Mengkhususkan Ziarah Kubur 

Sunnah Ied yang Hampir Terlupakan


Sunnah Ied yang Hampir Terlupakan


‘Ied "lebaran" merupakan hari berbahagia dan bersuka cita bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Kegembiraan ini nampak di wajah,tindak-tanduk dan kesibukan mereka. Orang yang dulunya berselisih dan saling benci, pada hari itu saling mema’afkan. Ibu-ibu rumah tangga sibuk membuat berbagai macam kue, ketupat, makanan yang akan dihidangkan kepada para tamu yang akan berdatangan pada hari ied. Bapak-bapak sibuk belanja baju baru buat anak dan keluarganya. Para pekerja dan penuntut ilmu yang ada diperantauan nun jauh di negeri orang sibuk menghubungi keluarga mereka, entah lewat surat atau telepon.
Di balik kesibukan dan kegembiraan ini, terkadang mengantarkan sebagian manusia lalai untuk mempersiapkan apa yang mereka harus kerjakan di hari Ied. Diantaranya, seperti berikut ini

Hukum-hukum Terkait Shalat Dan Hari ‘Id (Ringkas) II


Hukum-hukum Terkait Shalat Dan Hari ‘Id (Ringkas) II


Kapan khutbah dilakukan?
Melakukan khutbah setelah dua raka’at dan tidak mendahulukan khutbah sebelum shalat. Hal ini berdasarkan ucapan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr dan ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menunaikan shalat dua ‘id sebelum melakukan khutbah.”
Inilah sunnah dan amalan keumuman para ulama. At-Tirmidzy rahimahullah berkata: “Padanya amalan ahlul ilmi dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain mereka, bahwa shalat dua ‘id itu sebelum khutbah.”

Hukum-hukum Terkait Shalat Dan Hari ‘Id (Ringkas) I


بسم الله الرحمن الرحيم

Hukum-hukum Terkait Shalat Dan Hari ‘Id (Ringkas)

Hari ‘id ada dua yaitu hari ‘id al-fithr yang terkjadi pada 1 Syawal setelah selesai dari menunaikan puasa Ramadhan dan ‘id al-adhha yang terjadi pada tanggal 10 Dzul Hijjah.
Kenapa disebut dengan kata ‘id?
Dan hari ‘id disebut dengan kata ‘id karena dia selalu burlang pada tiap tahun, kembali terulang dengan kegembiraan da kebahagiaan, dan Allah Ta’ala kembali mengulang padanya dengan kebaikan yang tercurah pada hamba-Nya pada selepas penunaian ketaatan mereka yaitu puasa dan haji.
Apa hukum dua shalat ‘id?
Dua shalat ‘id yaitu ‘id al-fithr dan ‘id al-adhha disyari’atkan berdasarkan al-kitab, as-sunnah dan ijam’ muslimin. Secara tegasnya dikatakan hukumnya wajib.

ZAKAT FITHRAH



ZAKAT FITHRAH

Sesungguhnya bulan bulan Ramadhan yang mulia ini akan segera pergi meninggalkan kita, dan tidak tersisa dari bulan tersebut kecuali waktu yang pendek. Maka barangsiapa di antara kalian yang telah berbuat kebaikan hendaknya dia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kebaikan tersebut dan hendaknya meminta kepada-Nya agar kebaikan tersebut diterima. Barangsiapa yang lalai maka hendaknya dia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta ampunan atas kekurangannya, karena meminta ampunan sebelum datangnya kematian akan diterima.

ZAKAT FITHRAH





بسم الله الرحمن الرحيم

Beberapa Hukum Terkait Zakat Al-Fithr (Fitri) -Ringkas-

Disebut dengan zakat al-fithr karena zakat ini ditunaikan dikarenakan selesainya dan berbukanya kita dari penunaian bulan Ramadhan.