Kamis, 08 September 2011

Indahnya Rumah Tangga Salafy (Bagian 1)


Indahnya Rumah Tangga Salafy (Bagian 1)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut adalah catatan taklim kami yang singkat, saat kami mendengarkan rekaman mp3 daurah Indahnya Rumah Tangga Salafy yang dibawakan oleh al Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin dan al Ustadz Abu Nashim Mukhtar. Semoga bermanfaat.

Bagian 1
Bahwasanya mengarungi bahtera rumah tangga adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala. Oleh karena itu di dalam bentuk prosesi ibadah tersebut telah diatur di dalam Islam dari mulai awal memilih calon pasangan hidup.

Proses-proses menuju jenjang pernikahan:
Mencari pasangan hidup yang shalih atau shalihah
Agama telah mengatur sedemikian rupa dalam hal memilih pasangan dan proses pernikahan. Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Demikian pula seorang wanita memilih pasangan hidup adalah laki-laki yang shalih, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala,
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang shalih dari hamba-hamba di antara kalian." (an Nuur: 32)
Ayat ini menjelaskan keutamaan seorang Muslimah untuk memilih laki-laki dari orang-orang yang shalih, yang baik, dan dikenal agamanya dalam hal aqidah, akhlak, manhaj. Sehingga dengan pilihan itu akan menentukan rumah tangga yang bak, diberkahi, dan bisa memberikan warna di masyarakat di sekitarnya.
Berkonsultasi dengan orang-orang yang bisa dimintai pendapat soal pernikahan
Agama juga mengajarkan ketika proses menuju pernikahan untuk berkonsultasi dengan orang-orang shalih atau orang-orang yang layak dimintakan pendapatnya sebagaimana kisah Fathimah bintu Qais. Fathimah mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abul Jahm Radhiyallahu 'anhuma. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَمَّا أَبُوْ الْجَهْمِ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ
“Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya. Sedangkan Mu’awiyah seorang yang fakir tidak berharta, maka (jangan engkau menikah dengan salah satunya, tapi –pent.) menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim no. 3681)
Makna “tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya” ditunjukkan dalam riwayat lain:
أَمَّا مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ تَرِبٌ لاَ مَالَ لَهُ، وَأَمَّا أَبُوْ الْجَهْمِ فَرَجُلٌ ضَرَّابٌ لِلنِّسَاءِ
“Adapun Mu’awiyah, ia lelaki yang fakir tidak berharta. Sedangkan Abul Jahm adalah lelaki yang suka memukul para wanita….” (HR. Muslim no. 3696)
Dari hadits ini jelas Islam menganjurkan untuk mendatangi orang-orang yang sekiranya bisa dimintai pendapatnya atau bimbingannya untuk kemudian dia bisa menentukan pilihan terhadap calon pasangan hidupnya.
Melihat calon yang akan dinikahi (nazhar)
Ketika sudah menentukan pilihannya, maka Islam mengajarkan agar ia melihat calon yang akan dinikahinya. Dalam sebuah hadits disebutkan ketika al Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu 'anhu meminang seorang wanita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” “Belum,” jawab al Mughirah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
انْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُمَا
“Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua (kelak).” (HR. an Nasa`i no. 3235, at Tirmidzi no.1087. Dishahihkan al Imam al Albani rahimahullahu dalam ash Shahihah no. 96)
Dan para ulama berpendapat yang rajih bahwa proses nazhar sebatas yang biasa ditampakkan kepada mahramnya, tidak lebih dari itu.
Khitbah (melamar)
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita, hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya.
Demikianlah proses menuju pernikahan, hendaknya proses ini disampaikan kepada keluarga dengan hikmah dan bijak agar keluarga paham bagaimana Islam mengatur proses pernkahan agar semuanya berjalan dengan lancar. Juga membahas skenario pernikahan kepada orang tua mempelai putri untuk tidak keluar dari syari'at, seperti tidak ada musik, dipisah tamu lelaki dan wanita, tidak membaca shigot ta'liq, dan semacamnya, semuanya harus dibahas antar keluarga.
Bagaimana agar kehidupan rumah tangga Salafy menjadi indah?
1. Rumah tangga harus dibingkai dengan ilmu
Allah Azza wajalla berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah" (Muhammad: 19)
"Maka ketahuilah" merupakan perintah kepada kita untuk berilmu. Di dalam shahih bukhari juga disebutkan, bab : Ilmu sebelum berkata dan beramal.
Inilah ketika sesorang hendak berumah tangga ia harus membekali dirinya dengan ilmu seputar pernikahan dan rumah tangga. Suami istri harus senantiasa berbingkai dengan ilmu. Ketika ada kondisi kritis rumah tangga jika ia membingkai dengan ilmu, maka problema itu akan cepat berlalu, karena ia punya ilmunya. Ajaklah keluarga untuk rajin menuju kajian islam, majelis taklim rutin. Saling memahami di antara dua belah pihak dan yang bisa saling memahami adalah hanya orang yang berilmu.
Allah Ta'ala berfirman,
وَ عَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَ يَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) secara patut. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)
Sehubungan dengan permasalahan ini, Abu Hurairah radhiallahu 'anhu mengabarkan: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
(( لاَ يَفْرَك مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَر))
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tidak suka satu tabiat/perangainya maka (bisa jadi) ia ridha (senang) dengan tabiat/ perangainya yang lain.” (HR. Muslim no. 1469)
Siapa yang paling bisa memahami istri? Jika Salafy setelah membaca hadits ini jadilah ia tahu bagaimana kecenderungan tabiat wanita, dan jadilah ia mau memahami karakteristik wanita sehngga dengan berbekal pengetahuan hadits ia bisa mengarungi rumah tangga yang indah. Maka berilah istri ilmu, belikan ia buku Islami, CD kajian, catatan taklim, bacakan ia kitab, dan selainnya.
2. Menutup aib-aib keluarga
Jangan mudah lisan bercerita tentang aib-aib keluarga. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat.” (HR. Muslim no. 2699)
Jangan mudah menceritakan kekurangan istri, atau kekurangan suami kepada orang lain, hendaklah ia menjaga kehormatan pasangannya.
3. Bisa bersikap adlil terhadap pasangan hidupnya (tidak zhalim)
Allah Tabaroka wata'ala berfirman,
وَاللاَّتِي تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
“Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka maka berilah mau’izhah kepada mereka, boikotlah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Namun bila kemudian mereka menaati kalian maka tidak boleh bagi kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (An-Nisa`: 34)
Ini adalah tahapan-tahapan yang diajarkan agama sehingga suami tidak bersikap zhalim akibat dari kekurangan istri yang berbuat salah. Lihatlah jika istri membangkang maka yang pertama kali adalah berilah ia nasihat terlebih dahulu, diberikan mau'izhah dan penerangan kepada istri yang berbuat salah. Dinasihati dulu. jika ini diterapkan maka yang paling minim (jarang terjadi) kekerasan di dalam rumah tangga adalah keluarga Salafy.
al Imam al Qurthubi Rahimahullahu berkata,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar perbaikan istri dimulai pertama kali dengan mau’izhah kemudian dengan hujran. Bila kedua cara ini tidak manjur maka dilakukan pukulan, karena pukulan inilah yang dapat memperbaiki si istri serta membawanya untuk memenuhi hak suami. Pukulan dalam ayat ini adalah pukulan dalam rangka mendidik, bukan pukulan mubarrih. Pukulan yang tidak memecahkan tulang dan tidak menjelekkan anggota tubuh seperti dengan meninju dan semisalnya. Karena tujuan dari pukulan di sini adalah untuk perbaikan, bukan yang selainnya. Sehingga tidak disangsikan lagi, bila pukulan yang dilakukan oleh sang suami mengantarkan kepada kebinasaan istrinya, wajib baginya menanggungnya.” (Tafsir al Qurthubi, 5/112)

4. Saling ada pengertian dan saling membantu pekerjaan rumah
Selain itu perlu diperhatikan untuk menjaga hubungan suami istri hendaknya saling ada pengertian, dan saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, sebagaimana persaksian Aisyah Radhiyallahu 'anha ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam rumah? Aisyah Radhiyallahu 'anha mengatakan:
كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ - تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
"Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat." (HR. Al-Bukhari no. 676)
Dari hadits Aisyah Radhiallahu'anha pula,
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ الْمَنِيَّ ثُمَّ يَخْرُجُ إلَى الصَّلَاةِ فِي ذَلِكَ الثَّوْبِ وَأَنَا أَنْظُرُ إلَى أَثَرِ الْغَسْلِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mencuci pakaian yang ada bekas air mani, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu. (Muttafaq Alaihi)
Yang kita bisa ambil dari hadits di atas, bahwa nabi Shallallahu'alaihi wasallam mencuci pakaiannya sendiri.
5. Menumbuhkan romantisme di dalam rumah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284)
Dan di antara bentuk romantisme adalah bermain-main dengan istri, mengajak rekreasi yang mubah, jalan-jalan, piknik, dan sebagaimana di mana bertujuan untuk mempererat hubungan antar keluarga dan menghilangkan kejenuhan. Juga bermain dan becanda dengan anak-anak juga menumbuhkan romantisme dalam keluarga. Coba kalau punya rezeki yang banyak bisa naik haji dan umrah serta ziarah ke masjid nabawi dengan istri.
Juga di antara bentuk romantisme lainnya sebagaimana yang dicontohkan nabi Shallallahu'alaihi wasallam adalah memanggil istri atau suami dengan panggilan yang mesra. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memanggil istrinya yakni Aisyah Radhiallahu'anha dengan Humairo (si merah delima)
Itulah di antara beberapa point yang bisa membuat rumah tangga kita insya Allah menjadi lebih indah untuk kemudian bisa menciptakan suasana yang membuat kita betah di rumah. Begitu juga istri dan demikian pula istrinya harus memiliki sikap- sikap yang baik untuk kemudian terjadi berkah di dalam rumah tangga kita.
Wasiat untuk setiap istri
Dan wasiat kepada para istri hendaknya banyak-banyak bersyukur, di antara sendi rumah tangga salafy menjadi indah adalah banyak-banyak bersyukur atas segala yang diberikan suami, sebagaimana firman Allah Tabaroka wata'ala,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim: 7)
Meskipun punya rezeki sedikit bersyukur, terutama istri ketika suaminya mungkin secara finansial dalam keadaan kekurangan maka seorang istri hendaknya bersabar dan bersyukur. Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
أُرِيْتُ النَّارُ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَ يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ, لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
"Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita yang kufur." Ada yang bertanya kepada beliau: "Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?" Beliau menjawab: "(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu." (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Maka jadilah engkau wanita shalihah, jika demikian wanita akan indah dipandang suami dan tenang dalam berumah tangga sebagaimana hadits nabi Shallallahu'alaihi wasallam,
الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Dan wanita shalihah adalah salah satu dari empat sebab kebahagiaan, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Dan di antara ciri wanita shalihah (istri yang baik) adalah menyenangkan ketika dipandang suaminya,  taat apabila diperintah, tidak menyelisihi amanah yang dititipkan dan harta suaminya (menjaga perasaan dan kehormatan suaminya).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
Wallahu a'lam bish shawab
Bersambung .....
[Dinukil dari buku catatan taklim saat mendengarkan rekaman daurah mp3 berjudul Indahnya Rumah Tangga Salafy, sumber audio: http://alklateniy.wordpress.com/2010/01/04/download-rekaman-daurah-indahnya- rumah-tangga-salafy/]
 

تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لاَ تَجْرِي عَلىَ الْيَبَسِKau dambakan keselamatan tapi engkau tak menempuh jalurnya.
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar