Indahnya
Rumah Tangga Salafy (Bagian 1)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berikut
adalah catatan taklim kami yang singkat, saat kami mendengarkan rekaman mp3
daurah Indahnya Rumah Tangga Salafy yang dibawakan oleh al Ustadz Abul
Faruq Ayip Syafruddin dan al Ustadz Abu Nashim Mukhtar. Semoga
bermanfaat.
|
Bagian 1
Bahwasanya mengarungi bahtera rumah tangga adalah salah
satu bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wata'ala. Oleh karena itu di dalam
bentuk prosesi ibadah tersebut telah diatur di dalam Islam dari mulai awal
memilih calon pasangan hidup.
Proses-proses menuju jenjang
pernikahan:
Mencari pasangan hidup yang shalih atau
shalihah
Agama telah mengatur sedemikian rupa dalam hal memilih
pasangan dan proses pernikahan. Nabi Shallallahu'alaihi wasallam
bersabda,
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأََرْبَعٍ: لِمَالِهَا
وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ
يَدَاكَ
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena
hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka
pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari
no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Demikian pula seorang wanita memilih pasangan hidup
adalah laki-laki yang shalih, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wata'ala,
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ
عِبَادِكُمْ
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara
kamu, dan orang-orang shalih dari hamba-hamba di antara kalian." (an Nuur:
32)
Ayat ini menjelaskan keutamaan seorang Muslimah untuk
memilih laki-laki dari orang-orang yang shalih, yang baik, dan dikenal agamanya
dalam hal aqidah, akhlak, manhaj. Sehingga dengan pilihan itu akan menentukan
rumah tangga yang bak, diberkahi, dan bisa memberikan warna di masyarakat di
sekitarnya.
Berkonsultasi dengan orang-orang yang bisa dimintai
pendapat soal pernikahan
Agama juga mengajarkan ketika proses menuju pernikahan
untuk berkonsultasi dengan orang-orang shalih atau orang-orang yang layak
dimintakan pendapatnya sebagaimana kisah Fathimah bintu Qais. Fathimah
mengabarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia dilamar
oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abul Jahm Radhiyallahu 'anhuma. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَمَّا أَبُوْ الْجَهْمِ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ
عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ
بْنَ زَيْدٍ
“Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkatnya
dari pundaknya. Sedangkan Mu’awiyah seorang yang fakir tidak berharta, maka
(jangan engkau menikah dengan salah satunya, tapi –pent.) menikahlah dengan
Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim no. 3681)
Makna “tidak pernah meletakkan tongkatnya dari
pundaknya” ditunjukkan dalam riwayat lain:
أَمَّا مُعَاوِيَةُ فَرَجُلٌ تَرِبٌ لاَ مَالَ لَهُ،
وَأَمَّا أَبُوْ الْجَهْمِ فَرَجُلٌ ضَرَّابٌ لِلنِّسَاءِ
“Adapun Mu’awiyah, ia lelaki yang fakir tidak berharta.
Sedangkan Abul Jahm adalah lelaki yang suka memukul para wanita….” (HR. Muslim
no. 3696)
Dari hadits ini jelas Islam menganjurkan untuk
mendatangi orang-orang yang sekiranya bisa dimintai pendapatnya atau
bimbingannya untuk kemudian dia bisa menentukan pilihan terhadap calon pasangan
hidupnya.
Melihat calon yang akan dinikahi
(nazhar)
Ketika sudah menentukan pilihannya, maka Islam
mengajarkan agar ia melihat calon yang akan dinikahinya. Dalam sebuah hadits
disebutkan ketika al Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu 'anhu meminang seorang
wanita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah
engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” “Belum,” jawab al
Mughirah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
انْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤْدَمَ
بَيْنَكُمَا
“Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu
akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua (kelak).”
(HR. an Nasa`i no. 3235, at Tirmidzi no.1087. Dishahihkan al Imam al Albani
rahimahullahu dalam ash Shahihah no. 96)
Dan para ulama berpendapat yang rajih bahwa proses
nazhar sebatas yang biasa ditampakkan kepada mahramnya, tidak lebih dari
itu.
Khitbah (melamar)
Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk
menikahi seorang wanita, hendaknya meminang wanita tersebut kepada
walinya.
Demikianlah proses menuju pernikahan, hendaknya proses
ini disampaikan kepada keluarga dengan hikmah dan bijak agar keluarga paham
bagaimana Islam mengatur proses pernkahan agar semuanya berjalan dengan lancar.
Juga membahas skenario pernikahan kepada orang tua mempelai putri untuk tidak
keluar dari syari'at, seperti tidak ada musik, dipisah tamu lelaki dan wanita,
tidak membaca shigot ta'liq, dan semacamnya, semuanya harus dibahas antar
keluarga.
Bagaimana agar kehidupan rumah tangga Salafy menjadi
indah?
1. Rumah tangga harus dibingkai dengan
ilmu
Allah Azza wajalla berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
(Yang Hak) melainkan Allah" (Muhammad: 19)
"Maka ketahuilah" merupakan perintah kepada kita untuk
berilmu. Di dalam shahih bukhari juga disebutkan, bab : Ilmu sebelum berkata dan
beramal.
Inilah ketika sesorang hendak berumah tangga ia harus
membekali dirinya dengan ilmu seputar pernikahan dan rumah tangga. Suami istri
harus senantiasa berbingkai dengan ilmu. Ketika ada kondisi kritis rumah tangga
jika ia membingkai dengan ilmu, maka problema itu akan cepat berlalu, karena ia
punya ilmunya. Ajaklah keluarga untuk rajin menuju kajian islam, majelis taklim
rutin. Saling memahami di antara dua belah pihak dan yang bisa saling memahami
adalah hanya orang yang berilmu.
Allah Ta'ala berfirman,
وَ عَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَ يَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا
كَثِيْرًا
“Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) secara
patut. Kemudian bila kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah) karena
mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya
kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)
Sehubungan dengan permasalahan ini, Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu mengabarkan: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda:
(( لاَ يَفْرَك مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا
خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَر))
“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah.
Jika ia tidak suka satu tabiat/perangainya maka (bisa jadi) ia ridha (senang)
dengan tabiat/ perangainya yang lain.” (HR. Muslim no. 1469)
Siapa yang paling bisa memahami istri? Jika Salafy
setelah membaca hadits ini jadilah ia tahu bagaimana kecenderungan tabiat
wanita, dan jadilah ia mau memahami karakteristik wanita sehngga dengan berbekal
pengetahuan hadits ia bisa mengarungi rumah tangga yang indah. Maka berilah
istri ilmu, belikan ia buku Islami, CD kajian, catatan taklim, bacakan ia kitab,
dan selainnya.
2. Menutup aib-aib keluarga
Jangan mudah lisan bercerita tentang aib-aib keluarga.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu
kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya
satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat.” (HR. Muslim no.
2699)
Jangan mudah menceritakan kekurangan istri, atau
kekurangan suami kepada orang lain, hendaklah ia menjaga kehormatan
pasangannya.
3. Bisa bersikap adlil terhadap pasangan hidupnya (tidak
zhalim)
Allah Tabaroka wata'ala berfirman,
وَاللاَّتِي تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ
وَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ
تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا
كَبِيْرًا
“Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka
maka berilah mau’izhah kepada mereka, boikotlah mereka di tempat tidur, dan
pukullah mereka. Namun bila kemudian mereka menaati kalian maka tidak boleh bagi
kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (An-Nisa`:
34)
Ini adalah tahapan-tahapan yang diajarkan agama sehingga
suami tidak bersikap zhalim akibat dari kekurangan istri yang berbuat salah.
Lihatlah jika istri membangkang maka yang pertama kali adalah berilah ia nasihat
terlebih dahulu, diberikan mau'izhah dan penerangan kepada istri yang berbuat
salah. Dinasihati dulu. jika ini diterapkan maka yang paling minim (jarang
terjadi) kekerasan di dalam rumah tangga adalah keluarga
Salafy.
al Imam al Qurthubi Rahimahullahu berkata,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar perbaikan istri dimulai pertama kali dengan mau’izhah kemudian dengan hujran. Bila kedua cara ini tidak manjur maka dilakukan pukulan, karena pukulan inilah yang dapat memperbaiki si istri serta membawanya untuk memenuhi hak suami. Pukulan dalam ayat ini adalah pukulan dalam rangka mendidik, bukan pukulan mubarrih. Pukulan yang tidak memecahkan tulang dan tidak menjelekkan anggota tubuh seperti dengan meninju dan semisalnya. Karena tujuan dari pukulan di sini adalah untuk perbaikan, bukan yang selainnya. Sehingga tidak disangsikan lagi, bila pukulan yang dilakukan oleh sang suami mengantarkan kepada kebinasaan istrinya, wajib baginya menanggungnya.” (Tafsir al Qurthubi, 5/112)
“Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar perbaikan istri dimulai pertama kali dengan mau’izhah kemudian dengan hujran. Bila kedua cara ini tidak manjur maka dilakukan pukulan, karena pukulan inilah yang dapat memperbaiki si istri serta membawanya untuk memenuhi hak suami. Pukulan dalam ayat ini adalah pukulan dalam rangka mendidik, bukan pukulan mubarrih. Pukulan yang tidak memecahkan tulang dan tidak menjelekkan anggota tubuh seperti dengan meninju dan semisalnya. Karena tujuan dari pukulan di sini adalah untuk perbaikan, bukan yang selainnya. Sehingga tidak disangsikan lagi, bila pukulan yang dilakukan oleh sang suami mengantarkan kepada kebinasaan istrinya, wajib baginya menanggungnya.” (Tafsir al Qurthubi, 5/112)
4. Saling ada pengertian dan saling membantu pekerjaan
rumah
Selain itu perlu diperhatikan untuk menjaga hubungan
suami istri hendaknya saling ada pengertian, dan saling membantu dalam pekerjaan
rumah tangga, sebagaimana persaksian Aisyah Radhiyallahu 'anha ketika ditanya
tentang apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam
rumah? Aisyah Radhiyallahu 'anha mengatakan:
كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ - تَعْنِي خِدْمَةَ
أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى
الصَّلاَةِ
"Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu
shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat." (HR. Al-Bukhari no.
676)
Dari hadits Aisyah Radhiallahu'anha
pula,
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ الْمَنِيَّ ثُمَّ
يَخْرُجُ إلَى الصَّلَاةِ فِي ذَلِكَ الثَّوْبِ وَأَنَا أَنْظُرُ إلَى أَثَرِ
الْغَسْلِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mencuci pakaian yang ada bekas air mani,
lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih
melihat bekas cucian itu. (Muttafaq Alaihi)
Yang kita bisa ambil dari hadits di atas, bahwa nabi
Shallallahu'alaihi wasallam mencuci pakaiannya sendiri.
5. Menumbuhkan romantisme di dalam
rumah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ
خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no.
284)
Dan di antara bentuk romantisme adalah bermain-main
dengan istri, mengajak rekreasi yang mubah, jalan-jalan, piknik, dan sebagaimana
di mana bertujuan untuk mempererat hubungan antar keluarga dan menghilangkan
kejenuhan. Juga bermain dan becanda dengan anak-anak juga menumbuhkan romantisme
dalam keluarga. Coba kalau punya rezeki yang banyak bisa naik haji dan umrah
serta ziarah ke masjid nabawi dengan istri.
Juga di antara bentuk romantisme lainnya sebagaimana
yang dicontohkan nabi Shallallahu'alaihi wasallam adalah memanggil istri atau
suami dengan panggilan yang mesra. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam memanggil istrinya yakni Aisyah Radhiallahu'anha dengan Humairo (si
merah delima)
Itulah di antara beberapa point yang bisa membuat rumah
tangga kita insya Allah menjadi lebih indah untuk kemudian bisa menciptakan
suasana yang membuat kita betah di rumah. Begitu juga istri dan demikian pula
istrinya harus memiliki sikap- sikap yang baik untuk kemudian terjadi berkah di
dalam rumah tangga kita.
Wasiat untuk setiap istri
Dan wasiat kepada para istri hendaknya banyak-banyak
bersyukur, di antara sendi rumah tangga salafy menjadi indah adalah
banyak-banyak bersyukur atas segala yang diberikan suami, sebagaimana firman
Allah Tabaroka wata'ala,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim: 7)
Meskipun punya rezeki sedikit bersyukur, terutama istri
ketika suaminya mungkin secara finansial dalam keadaan kekurangan maka seorang
istri hendaknya bersabar dan bersyukur. Nabi Shallallahu'alaihi wasallam
bersabda,
أُرِيْتُ النَّارُ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ
يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَ يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ, لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَ
رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا
قَطُّ
"Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas
penghuninya adalah para wanita yang kufur." Ada yang bertanya kepada beliau:
"Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?" Beliau menjawab: "(Tidak,
melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya
engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu
saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia
akan berkata: Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu." (HR.
Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Maka jadilah engkau wanita shalihah, jika demikian
wanita akan indah dipandang suami dan tenang dalam berumah tangga sebagaimana
hadits nabi Shallallahu'alaihi wasallam,
الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا
الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no.
1467)
Dan wanita shalihah adalah salah satu dari empat sebab
kebahagiaan, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah pula
bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ،
وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ.
وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ،
وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ.
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita
(istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih,
dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan
kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah),
kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban
dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush
Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.
282)
Dan di antara ciri wanita shalihah (istri yang baik)
adalah menyenangkan ketika dipandang suaminya, taat apabila diperintah, tidak
menyelisihi amanah yang dititipkan dan harta suaminya (menjaga perasaan dan
kehormatan suaminya).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada
Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ،
اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا
أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri
ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas
syarat Muslim.”)
Wallahu a'lam bish shawab
Bersambung .....
[Dinukil dari buku catatan taklim saat mendengarkan
rekaman daurah mp3 berjudul Indahnya Rumah Tangga Salafy, sumber audio:
http://alklateniy.wordpress.com/2010/01/04/download-rekaman-daurah-indahnya-
rumah-tangga-salafy/]
تَرْجُو
النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا إِنَّ السَّفِيْنَةَ لاَ تَجْرِي عَلىَ
الْيَبَسِKau
dambakan keselamatan tapi engkau tak menempuh jalurnya.
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar